Jika Kita Bukan Orangtua yang Hebat, Jangan Jadi Orangtua yang Jahat
RIP, Jeong-in baby |
Bayi Jeong-In, telah berpulang
Jeong-In telah damai
Jeong-In tak lagi menderita atau pun kesakitan
Jeong-In tak perlu mengemis lagi untuk meminta makan walau yang didapat hanya pukulan
Bayi Jeong-In kami yang malang, maafkan kami sebab hanya bisa membaca berita-berita yang begitu miris di balik kepergianmu.
Tentang Jeong-In yang kehilangan keceriaannya
Jeong-In yang terenggut bahagianya
Jeong-In yang hanya diperalat sepasang manusia namun tak layak disebut sebagai orangtua
Jeong-In kami yang sepanjang hari menangis namun tak berdaya.. tak bisa berbuat apa-apa
Jeong-In telah menghembuskan napas terakhir usai bertarung nyawa dirajam siksa
Im Sorry Jeong-In, Im sorry Jung-In
Yugam-ib nida, Jeong-In. Mianhae ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Bahagia di sana, Nak.. engkau sudah tak perlu lagi menangis sendirian karena merasa takut ketika dikurung seorang diri di dalam kamar, dikunci di rumah tanpa pengawasan dan makanan. Sedang mereka yang mengatas namakan kemanusiaan, mengambilmu dari tangan ibu asuh yang penuh cinta, hanya untuk diperlakukan sekehendak mereka.
Aku menyesal untuk berkata ini, bahkan jika binatang piaraan saja masih diperlakukan dengan layak. Mengapa tidak dengan bayi yang berusia 16 bulan itu?
Bahkan membayangkan betapa sakitnya tubuh mungil Jeong-in dirajam berbagai bentuk siksaan, hati kecilku sebagai ibu ikut terluka. Dekap anak sendiri, meminta maaf ketika ucapan bahkan tangan barangkali telah melukai tanpa pernah berniat hendak menyakiti..
Ketika seorang ibu bergumul dengan rasa penyesalannya sebab merasa belum bisa menjadi ibu yang baik, ia akan berjuang untuk mati-matian menjadi lebih baik kendati tetap berkekurangan dan sabar yang masih saja terbatas.
Tetapi Jeong-In, di tangan sepasang manusia yang tak layak beroleh predikat orangtua.. di tangan seorang perempuan yang juga pernah mengandung dan melahirkan, sedikit saja seharusnya memiliki sifat welas asih kendati bukan pada darah dagingnya sendiri.
Betapa sangat menggeramkan, ketika cinta kasih seorang ibu hanya sebagai ajang pencitraan diri semata. Jeong-In nyatanya disiksa oleh wanita yang mengaku sebagai ibu penuh cinta ðŸ˜
Seharusnya, jika mereka tak mau merawat Jeong-In.. mereka tak perlu menjemput bayi perempuan ini hanya untuk direnggut kepolosan masa bayinya. Disiksa tanpa sebab. Dijadikan alat untuk mendulang kepopuleran sebagai orangtua yang layak dicontoh padahal yang terjadi justru sebaliknya.
Jeong-In diadopsi saat berusia 7 bulan dan menghembuskan napas terakhir di rumah sakit pada usia yang baru 16 bulan. Penyiksaan pertama diperoleh satu bulan setelah Jeong-In diadopsi orangtua angkatnya. Sampai pada puncak di mana Jeong-In dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi yang amat parah, pihak rumah sakit curiga dengan kesaksian orangtua angkat bayi perempuan ini yang mengaku bahwa Jeong-In mengalami insiden jatuh dari sofa.
Terbukti dari hasil pemeriksaan yang berkata lain, bahwa kondisi Jeong-In bukan disebabkan karena kecelakaan biasa. Tulang rusuk Jeong-In yang begitu kecil mengalami patah, pendarahan perut dengan pankreas pecah, organ dalam yang rusak dan jelas bukan disebabkan insiden kecelakaan.. melainkan karena penyiksaan fisik yang berlangsung terus menerus sekian bulan lamanya. Bukti lainnya sebab sekujur badan Jeong-In juga dipenuhi dengan memar, bukan karena eksim yang pernah mereka akui sebagai dalih untuk lepas dari jerat hukum.
Sebelum ditangkap pada 13 Oktober 2020 lalu.. mereka sudah beberapa kali diadukan oleh para saksi yang melihat bagaimana kejanggalan pada bayi Jeong-In yang secara fisik pun bisa dinilai, bahwa ada yang tidak beres dengan bayi perempuan malang ini.
Ibu mana yang sanggup membayangkan buah hatinya terluka?
Tetapi mereka, sepasang manusia yang tampil di acara televisi untuk mencitrakan kebaikannya, justru bertindak lebih tidak manusiawi. Bahkan hewan liar pun tahu cara mengasihi dan melindungi anak-anaknya.
Jeong-In bayi perempuan kami yang malang, kini dia sudah tenang
Dia akan berbahagia tanpa pernah lagi tersiksa
Jeong-In, mianhae.. dariku, seorang ibu yang menangis ketika membayangkan rasa sakit itu hingga detik terakhir napasmu berhembus. Mianhae..
Dari kisah Jeong-In, aku belajar satu hal .. jika kita bukan orangtua yang hebat, setidaknya jangan jadi orangtua yang jahat.
______________________
Magelang, 9 Januari 2021
copyright : www.bianglalahijrah.com
2 Komentar
Melihat anak di masukkan jarum infus di tangan karena sakit sudah membuat hati ini menangis.
BalasHapusApalagi memukul
Orang tua pasti ga tega melihat anaknya seperti itu
Semoga kamu di berikan surga dan di jaga oleh para malaikat allah.
Sedih bacanya
Aamiin, gadis kecil Jeong-In telah bahagia di sisi-Nya. Semoga tak ada lagi kasus serupa di manapun itu.. bukan hanya di Korea sana. Btw, terima kasih sudah berkunjung ke laman ini :) jangan bosan-bosan yaa
HapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)