Seni Dalam Menikah : Menghadapi Problem Rumah Tangga Beserta Solusinya
Pernikahan adalah pembelajaran seumur hidup. Universitas paling
kompleks yang akan menghidangkan berbagai macam pelajaran, permasalahan, hingga
jalan keluar di hadapan kita. Tergantung dari cara dan sudut pandang apa yang
kita pakai dalam menyikapi semua itu. Kita tak bisa hanya
berharap bahwa akan menikah, punya anak, kemudian hidup bahagia dan saling
cinta sampai tua. Oleh karena itu, menjadi tugas bersama untuk merecharge rasa
senantiasa. Membangun cinta, sebab cinta perlu dibangun setiap saat. Pun
hadirnya masalah tak justru menjadi pemisah atau pemecah belah, justru di situ
letak cinta-Nya sedang betul-betul diujikan pada kita.
Kadang, Allah
sengaja mengirim permasalahan agar kita sungguh-sungguh belajar dan menjadi
lebih baik. Di balik itu mental dan niat di hati juga sedang tertempa dengan cara-Nya.
Lalu, seperti apa langkah yang harus dikerahkan ketika menghadapi kemungkinan
badai dalam pernikahan?
Pertama, jangan pernah menyimpulkan
apapun ketika sedang marah. Keputusan apapun yang ingin kita ambil, selalu
terasa logis ketika marah. Tetapi setelah itu, tak jarang hanya menimbulkan
penyesalan. Ingat? Allah bahkan menjanjikan surga bagi mereka yang pandai
menahan amarah. Sebab di situlah letak tantangannya. Bagaimana mengendalikan
diri ketika marah, menahan diri kendati emosi berasap di ujung ubun-ubun. La taghdob walakal Jannah. Jangan lupa
untuk terus berdoa dan berprasangka baik pada Allah. Cari tahu hikmah apa yang
bisa kita pelajari dan ambil dari permasalahan yang datang.
Kedua, jangan lengah dan jangan pernah
lelah dalam memperpantas diri. Memperpantas diri tak hanya perlu dilakukan
sebelum menikah, atau ketika berproses menjemput jodoh. Tetapi setelah menikah
pun menjadi keharusan sepanjang masa. Sebab proses dan pembelajaran yang ada di
dalamnya juga tak berhenti lewat berbagai macam permasalahan yang datang
menyertai lika-liku pernikahan. Menuntut kita untuk bergerak, terus berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jangan lupa untuk selalu upgrade kapasitas
ilmu yang dimiliki. Karena segala sesuatu memerlukan ilmu, ada ilmunya, ada
tata caranya. Apalagi untuk pernikahan yang akan dijalani seumur hidup. Untuk
peran, tanggung jawab, beserta kewajiban yang akan dilakoni memerlukan ilmu
yang tak sedikit. Maka teruslah menempa diri dengan belajar, belajar dan
belajar. Ajak pasangan untuk mengikuti kajian di majelis ilmu, agar kita
sama-sama tertempa. Hingga perbedaan pendapat dan sudut pandang dapat
diminimalisir sebaik mungkin.
Ketiga, tingkatkan ruhiyah. Perbaiki
kualitas ibadah. Teruslah mendekatkan diri pada Allah dan libatkan Allah dalam tiap
proses, niat, maupun langkah yang terayun. Yakini bahwa segala sesuatu terjadi
hanya jika Allah berkehendak demikian, dan selalu ada pembelajaran baik yang
dapat dipetik setiap saat. Bahwasanya menikah adalah langkah untuk menggenapkan
separuh Dien dan dalam rangka
menjemput berbagai rupa ketaatan bersamanya, sang kekasih halal.
Ingat lah bahwa
tak ada biduk yang tak diuji. Tetapi seseorang diuji sesuai takar kemampuannya.
Tak mungkin melebihi kemampuan kita. Dan Allah jelas lebih tahu yang terbaik.
Jadi mengapa kita diuji? Itu karena Allah percaya pada kapasitas kita. Karena
kita mampu melaluinya.
Keempat, menikah untuk ibadah dan ladang
meraup pahala. Ada banyak hal-hal yang mendatangkan kebaikan, keridhoan Allah,
bahkan mengalirkan pahala dalam keseharian rumah tangga dan kehidupan sepasang
suami istri. Pun sebaliknya, tercabutnya keberkahan beserta pahala juga dapat
dengan mudah Allah tarik ketika kita menjauhkan diri dari-Nya. Ketika rumah
tangga yang dibangun bukan dengan landasan untuk mencapai ridho Allah
bersama-sama. Ketika kemaksiatan dan perkara dzolim dibiarkan begitu saja dalam
sebuah keluarga. Maka, tancap keyakinan kuat-kuat di dalam dada. Bersama dia
yang tak sempurna, tetapi karenanya Allah menyatukan kita untuk saling
melengkapi satu sama lain. Saling mengisi, saling mengayomi. Untuk sama-sama
berbenah menuju apa yang Allah cinta.
Istri adalah
pakaian bagi suami, suami adalah pakaian bagi istri. Satu sama lain berusaha
untuk menutupi aib masing-masing. Perlu disadari, bahwa kita menikahi pasangan
yang sama tak sempurna. Maka sudah menjadi tugas bersama untuk senantiasa
bermuhasabah. Memperkecil kemungkinan datangnya masalah. Kerendahan hati untuk
mengalah juga menjadi satu dari sekian pondasi yang menguatkan pernikahan.
“Istri-istri kalian itu adalah pakaian bagi
kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.” [QS. Al-Baqarah 2:187]
Di dalam
pernikahan, sepasang suami istri seumpama sayap. Mereka hanya akan melesat
terbang, menembus angin kencang, melewati berbagai aral yang melintang di
sepanjang jalan, hanya ketika mereka berkomitmen untuk saling menjaga
keseimbangan masing-masing. Sebagai sepasang sayap yang bergerak di satu jalur
yang sama dengan visi dan misi yang juga sama. Tak ada sayap yang bisa terbang
dengan benar, ketika satu sayap mengepak ke atas dan satunya lagi ke bawah.
Melainkan, sama-sama harus mengikuti ritme dengan kompak. Mengepak ke atas dan
ke bawah bersamaan, untuk dapat melesat jauh dan menerjang berbagai hambatan. Sepasang
suami istri adalah sayap, tanpa kerja sama yang solid maka mustahil mencapai
tujuan yang dicita-citakan dalam berumah tangga.
Sungguh, tak ada pernikahan yang sempurna. Tetapi
bersamanya, rencana Allah kian sempurna terbaca di depan mata. Bersama-sama,
kita saling berusaha untuk meraih kebaikan hingga ke Jannah. Insyaa Allah.
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal sesuatu itu amat baik bagi kalian, dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu padahal sesuatu itu sangat buruk bagi kalian. Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 216)_________________________________
#Day 8
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
_________________________________
copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 13 Mei 2019
[Image Source : Pinterest]
8 Komentar
Dapat pembelajaran lagi mba. Makasih. Tentang masalah dalam berumah tangga, ada asa saja ya. Semoga selalu bisa saling menguatkan dengan pasangan.
BalasHapusAlhamdulillah, semoga manfaat :)
HapusAamiin insyaa Allah, sakinah mawaddah warahmah til jannah..
Suami punya kekurangan A Istri punya kekurangan B sama2 disatukan dalam sebuah kehidupan berumah tangga. intinya saling menutupi kekurangan satu sama lainnya...
BalasHapusBetul, mbak. Seperti pointer yang saya jelaskan di atas. Dalam Al-Qur'an juga telah disebutkan, bahwa pasangan suami istri adalah pakaian bagi satu sama lain. Tentu saja fungsinya tak hanya untuk meng-indahkan, melainkan pula menutupi.. 😊👍
HapusTambah ilmu lagi nih. Jazakumullah khair mbak.
BalasHapusAlhamdulillah, waiyyaki. Semoga bermanfaat 😊🙏
Hapus:') makasih udah post artikel ini, kak.
BalasHapusAlhamdulillah, self remind semoga bermanfaat yaa :)
HapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)