'Aidan Fayyadh Al-Fatih' :)
Bismillah, bahagia bisa kembali menulis di rumah Bianglala. Ini postingan pertamaku setelah beberapa bulan tak sempat membagi waktu untuk menulis di blog. Pun karena laptop masih kerasan di tempat service. Alhamdulillah sekarang sudah jadi ibu muda. Allah anugerahkan pangeran kecil di tengah-tengah kami yang kami beri nama 'Aidan Fayyadh Al-Fatih'. Nama yang mengandung banyak doa di dalamnya. Tak terasa sebab sudah tiga bulan lebih Aidan menemani hari-hari kami yang semakin berwarna.
Aidan lahir pada hari Jum'at, 01 Mei 2015 pukul 1.30 pagi. Setelah kurang lebih enam jam melawan rasa sakit kontraksi saat pembukaan demi pembukaan terjadi.
Kuceritakan, Kamis pagi hingga sore aku masih beraktivitas seperti biasa. Bahkan sorenya masih makan di luar bersama suami, plus belanja keperluan tambahan. Saat tengah makan di rumah makan yang biasa kami singgahi, kontraksi pertama terasa seperti hendak buang air besar. Aku pikir waktu itu hanya sedang kontraksi palsu. Setelah pulang dari jalan-jalan, kontraksi datang dengan jarak yang lebih sering.
Usai isya' aku bahkan masih sempat mengaji dan menyapu ruangan yang ada di lantai dua. Perasaanku, seolah-olah persalinan memang sudah sangat dekat. Jadi yang tadinya sudah bersih dan rapi, kembali kutata ulang termasuk perlengkapan yang akan dibawa ke bidan, sudah kupacking di dalam tas. Pukul delapan malam kontraksi terasa semakin kuat sampai-sampai harus berjalan sambil menunduk dengan menahan rasa sakit yang datang terus menerus.
Kuceritakan, Kamis pagi hingga sore aku masih beraktivitas seperti biasa. Bahkan sorenya masih makan di luar bersama suami, plus belanja keperluan tambahan. Saat tengah makan di rumah makan yang biasa kami singgahi, kontraksi pertama terasa seperti hendak buang air besar. Aku pikir waktu itu hanya sedang kontraksi palsu. Setelah pulang dari jalan-jalan, kontraksi datang dengan jarak yang lebih sering.
Usai isya' aku bahkan masih sempat mengaji dan menyapu ruangan yang ada di lantai dua. Perasaanku, seolah-olah persalinan memang sudah sangat dekat. Jadi yang tadinya sudah bersih dan rapi, kembali kutata ulang termasuk perlengkapan yang akan dibawa ke bidan, sudah kupacking di dalam tas. Pukul delapan malam kontraksi terasa semakin kuat sampai-sampai harus berjalan sambil menunduk dengan menahan rasa sakit yang datang terus menerus.
Suami mengajakku untuk kontrol ke bidan. Sampai di rumah bidan, hampir setengah jam menunggu tapi tak juga ada jawaban dari dalam. Aku bahkan menangis sembari mengelus-elus perut yang terasa bertambah sakit. Suami panik melihat wajahku yang pucat. Suami pula yang menawarkan agar kami pindah ke bidan lain. Mau tak mau manut, kendati sudah membuat janji untuk menjalani persalinan di bidan pertama yang kami kunjungi tersebut.
Sesampainya di bidan kedua, aku langsung masuk ke kamar bersalin dan bidan langsung mengecek. Alhamdulillah ternyata sudah bukaan empat, tepat jam setengah sembilan malam. Wajahku tempak sangat pucat, begitu kata beberapa tetangga yang waktu itu ikut ke rumah bidan, yang kebetulan memang dekat dari kediaman kami. Aku masih sempat tersenyum dan berbicara sekenanya meski dengan wajah pias.
Jam sembilan malam sakitnya semakin menjadi, suami sudah menghubungi keluarga untuk segera datang mendampingi persalinanku. Jam setengah sepuluh malam ketuban pun akhirnya pecah. Terasa hangat merembes di sela-sela paha. Ditambah keringat yang sudah memeluhi wajah dan bluse atasanku. Bidan bilang sudah bukaan delapan. Mbak dan Budhe beserta beberapa orang yang lain, sudah tiba di rumah bidan dan menengokku di kamar bersalin.
Snack, pocari, pun air doa seperti terpaksa harus kutelan demi menambah tenaga. Lalu, tepat pukul duabelas malam aku mulai mengejan setelah mendapat nasihat step by step dari bidan agar persalinan berjalan dengan lancar.
Sesampainya di bidan kedua, aku langsung masuk ke kamar bersalin dan bidan langsung mengecek. Alhamdulillah ternyata sudah bukaan empat, tepat jam setengah sembilan malam. Wajahku tempak sangat pucat, begitu kata beberapa tetangga yang waktu itu ikut ke rumah bidan, yang kebetulan memang dekat dari kediaman kami. Aku masih sempat tersenyum dan berbicara sekenanya meski dengan wajah pias.
Jam sembilan malam sakitnya semakin menjadi, suami sudah menghubungi keluarga untuk segera datang mendampingi persalinanku. Jam setengah sepuluh malam ketuban pun akhirnya pecah. Terasa hangat merembes di sela-sela paha. Ditambah keringat yang sudah memeluhi wajah dan bluse atasanku. Bidan bilang sudah bukaan delapan. Mbak dan Budhe beserta beberapa orang yang lain, sudah tiba di rumah bidan dan menengokku di kamar bersalin.
Snack, pocari, pun air doa seperti terpaksa harus kutelan demi menambah tenaga. Lalu, tepat pukul duabelas malam aku mulai mengejan setelah mendapat nasihat step by step dari bidan agar persalinan berjalan dengan lancar.
Sakitnya, sekujur badan terasa sakit dan lemas. Terutama saat mendekati pembukaan lengkap, semakin bertambah pembukaan, maka rasa sakitnya pun semakin menjadi. Dann.. tepat jam setengah dua pagi pada hari Jum'at, baby Al-Fatih kami lahir disusul suara tangisnya yang memecah hening pagi itu.
Suami bahkan menangis dan langsung sujud syukur begitu mendengar suara tangis bayi kami, sedang aku terkulai lemas. Hanya ucapan syukur yang terus mengalun di sela-sela tangis haru saat bayiku diletakkan tepat di atas dadaku dengan posisi IMD. Saat kulit kami bersentuhan untuk pertama kalinya.. lemas yang sangat terlalu, sakit yang tak cukup dijabarkan dengan kata, namun seketika hilang setelah Aidan terlahir.
Fabiayyi 'alaai rabbikumka tukadzhiban..
Suami bahkan menangis dan langsung sujud syukur begitu mendengar suara tangis bayi kami, sedang aku terkulai lemas. Hanya ucapan syukur yang terus mengalun di sela-sela tangis haru saat bayiku diletakkan tepat di atas dadaku dengan posisi IMD. Saat kulit kami bersentuhan untuk pertama kalinya.. lemas yang sangat terlalu, sakit yang tak cukup dijabarkan dengan kata, namun seketika hilang setelah Aidan terlahir.
Fabiayyi 'alaai rabbikumka tukadzhiban..
Sahabat, sampai di sini dulu yaa. Sepertinya baby Al-Fatih sudah bangun. Cerita lengkapnya insha Allah kutulis di postingan selanjutnya. Selamat sore, ucapan 'taqabbalallahu minna wa minkum' semoga tak pernah terlambat untuk diterima kendati memang telat kuucapkan. Salamu'alaikum.. :)
8 Komentar
Barakallah Mba Putri. Sudah menjadi seorang ibu.
BalasHapusIyaa, terima kasih Mbak :)
Hapuswah selamat ya mba, semoga anaknya tumbuh menjadi anak yang baik
BalasHapusAamiin, aamiin yaa mujib.. syukran :)
HapusSaya juga kepengen jadi ibu muda mbak :'(
BalasHapusAamiin, semoga diijabah Allah segera yaa :)
HapusSelamat ya mba.
BalasHapusNanti jangan lupa beli mukena anak ya mba..
terima kasih :)
HapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)