Muhasabah dan Cinta Seorang Istri
Aku ingin menjadi Siti Khadijah bagimu, yang sabar dan setia menemani suami dalam keadaan apapun. Aku ingin menjadi Fatimah Az-Zahra bagimu, yang tak pernah mengeluh pada kesulitan hidup yang harus kujalani bersamamu. Yang tak pernah mengeluh pada rasa lelah yang kerap menyapaku. Aku juga ingin menjadi Aisyah r.a bagimu, istri yang cerdik, patuh, dan tak pernah gentar. Cerdas dalam banyak hal dan menjadi kebanggaan, kendati aku tak sempurna dengan banyak kekurangan. -Quote, Bianglala Hijrah
Dear... Hari ini suamiku ke Semarang selama dua hari, lalu beberapa hari kemudian masih harus ke Solo selama tiga hari dalam rangka kedinasan. Dear.. Dalam keadaan seperti ini adakalanya hadirnya benar-benar terasa semakin berarti dan kubutuhkan. Rindu, ya! Jika sudah begini, kami layaknya ABG yang sedang dimabuk cinta. Saling SMS atau pun menelpon setiap menit. Tanya ini dan itu, goda ini dan itu, ujung-ujungnya berkata bahwa kami saling merindu dan membutuhkan satu sama lain. Terkadang dalam keadaan seperti ini aku benar-benar memanfaatkan waktu untuk bermuhasabah diri. Bagaimana aku selama menjadi istrinya, kesalahan apa yang kerap kulakukan padanya, dan kebaikan apa yang masih harus kusempurnakan demi meraih keridhoannya; suamiku. Duh, kalau seperti ini rasanya satu jam itu bagai satu hari yang berjalan sangat lambat. Benar-benar menyiksaku dengan rasa khawatir, rindu dan cinta yang kian tumbuh besar. I love you, By. Kau takkan terganti. :')
By, aku sungguh bangga memiliki pendamping hidup, imam, teman seperjuangan sepertimu. Terima kasih telah hadir mewarnai hidupku. Memberi warna-warna baru yang lebih langkap, kau yang melengkapi dan kita yang mewarnai. Sebab tanpa kerja sama kita berdua sebagai pasangan, tentu semua ini takkan tercipta sedemikian indah. Jaga diri di sana, baik-baik ya, kuserahkan kepercayaanku padamu yang kan menjaga kepercayaanku dengan baik. Aku sungguh tak nyaman berada jauh darimu. Butuh dan rindu. :)
By, sungguh aku ingin menjadi istri yang lebih baik lagi untukmu. Walau terkadang ego, nafsu, dan keras kepalaku membuat semua bertolak belakang dengan apa yang kuinginkan. Aku masih suka mengeluh, membangkang, possesive, dan masih banyak lagi kesalahan-kesalahan lain yang kuperbuat dalam sadar atau pun tidak.
By, kau takkan terganti dengan sosok laki-laki manapun. Kau jauh lebih berarti dari siapapun. Hanya aku yang masih sukar bersyukur pada apa yang kumiliki saat ini. By, terima kasih telah membimbingku. Menemani langkahku yang dulu sepi. Mengukuhkan hijrahku dalam meraih ridho Illahi melalui keridhoanmu. Terima kasih telah sabar menghadapi sikapku yang egois, sensitif juga keras kepala.
By, aku ingin menjadi satu-satunya istri yang kan menemanimu di dunia dan akhirat. Menjadi satu-satunya bidadari hatimu hingga ke surga. Menjadi yang pertama dan terakhir bagimu. Menjadi pelepas dahaga pada hausmu. Penghilang sepi dan kesedihanmu. Menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu yang lahir dari rahimku; buah cinta kita. Aku ingin menjadi yang terbaik bagimu, By. Aku ingin menjadi kebanggaan bagimu dan seluruh semesta yang turut mendoakanku, mendoakan kita agar berkah menaungi hingga ke Jannah-Nya.
Suamiku...
Berlinang airmata saat kutulis ini. Teruntukmu yang begitu qanaah pada kekuranganku. Ada rinai gerimis pada hati yang merasakan besar arti hadirmu di hidupku. Kau penyempurna. Penyempurna hijrahku dalam mengenal-Nya. Dalam meraih keridhoan-Nya, untuk menjadi muslimah juga 'ummi' yang shalihah. Istri yang selalu berbenah setiap saat untuk menjadi pribadi yang lebih ikhsan, ikhlas, dan sabar.
Untukmu suamiku..
Sebutlah ini surat yang berisi harapan seorang istri pada suami, rumah tangga, dan jalan hijrah menuju keridhoan Illahi. Surat yang berisi penyesalan saat aku tak dapat menghapus gundah dan penatmu setelah seharian mencari nafkah di luar rumah demi aku dan kehidupan kita. Sedang aku kerap lupa dan mengabaikanmu sebab kesibukanku sendiri.
Surat yang berisi terima kasihku untukmu. Yang tak pernah lelah membimbing, mengayomi, menuntun langkahku, menyadarkanku dari sifat dan tindakan yang salah, meluruskan kekeliruan pemahamanku. Terima kasih padamu yang telah begitu qanaah pada apa yang ada padaku.
Suamiku...
Ada banyak harapan dan impian yang ingin kurajut bersamamu. Ada banyak sekali kesah yang ingin kubagi denganmu. Kau tahu bahwa kita saling membutuhkan. Merindu saat ego membuat kita saling diam membisu, dan marah yang membungkam rindu.
Percayakah, By?
Aku ingin menjadi Siti Khadijah bagimu. Yang sabar dan setia menemani suami dalam keadaan apapun. Aku ingin menjadi Fatimah Az-Zahra bagimu, yang tak pernah mengeluh pada kesulitan hidup yang harus kujalani bersamamu. Yang tak pernah mengeluh pada rasa lelah yang kerap menyapaku. Aku juga ingin menjadi Aisyah r.a bagimu, istri yang cerdik, patuh, dan tak pernah gentar. Cerdas dalam banyak hal dan menjadi kebanggaan, kendati aku tak sempurna dengan banyak kekurangan.
Aby, ada airmata yang hendak mengalir saat aku menulis ini untukmu. Padamu yang sangat berharga, padamu yang membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung sebab memilikimu. Terima kasih, By. Terima kasih karena telah memilihku sebagai pendamping hidupmu, penyemangat juangmu dalam meniti jihad. Juga masih banyak hal lagi yang membuatku tak dapat berujar apa-apa, sebab haruku memuncak di antara rasa bahagia dan sedih.
Sedih saat menyadari begitu ada banyak kekurangan yang masih menghuni pribadiku hingga tak jarang menyakitimu. Bahagia sebab aku yang menjadi penyempurna untuk Dien yang saat ini kita perjuangkan, dengan menyertakan syariat, dan senantiasa menyemangati diri masing-masing untuk bisa menjadi lebih baik dalam membangun cinta. Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Syukran, Aby.. Ana uhibbuka fillah. Terima kasih untuk banyak hal, terima kasih telah memilihku untuk menjadi bidadari syurga dan ibu dari anak-anakmu. Saat ini, nanti, dan seterusnya. Semoga keridhoan Allah menyertai kita, By.. Juga setiap pasangan yang tengah berjuang meniti jalan cinta-Nya. Aamiin barakallahu... :)
Dikutip dari catatan buku harianku, 13 Juni 2014.
7 Komentar
Aamiin...yaa robbal alamiin
BalasHapusNampaknya mae hrs bnyk belajar ni dr anake...
Salut put...
Hehehe, mae bisa saja. Syukran ya, mae :)
HapusAlhamdulillah, semoga saja ya Mbak. Terus ikhtiar, doa, dan istiqomah :)
BalasHapussyukur syukur menjadi seorang siti khadijah, siti fatimah az zahra, siti aisyah. semoga tetap istiqomah dalam menuju proses tersebut
BalasHapusAamiin, insha Allah. Terima kasih kunjungannya :)
Hapusberi kabar gembiralah untuk suami mbak. agar nangis haru membaca tulisan tulisan blog mbak ini. dengan semoga menjadi pelajaran bagi manusia manusia lainnya.
BalasHapussalam silaturahim
Iya, terima kasih. Aamiin2, insha Allah :)
HapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)