Sepenggal Hikmah dari Beranda Kisah Hamba
"Allah sungguh Maha Pengampun dan Maha Mendengar, Allah takkan mengabaikanmu, mengabaikan doa dan taubat mereka yang bersungguh-sungguh. Tahukah kau, Mbak? Allah telah memberi ganjaran bagi orang yang bertaubat dengan sebenar-benar taubat, Allah akan mensucikan mereka seumpama bayi yang baru lahir dan bersih dari dosa."
Alhamdulillah bisa tetap menghirup udara pagi hari ini. Aku ingin bercerita banyak hal, termasuk ceritaku dua hari yang lalu saat berkunjung ke rumah teman lama. Aku sengaja mendatangi rumahnya dengan niat menyambung silaturahmi setelah beberapa lama tak berjumpa dan duduk lama dalam berbagi kesah. Siang itu begitu aku datang, ia tengah bermain bersama anaknya yang berusia empat tahun namun belum bisa apa-apa. Belum bisa berjalan, duduk, bahkan berbicara. Aku selalu terenyuh melihat kesabaran ibu muda ini dalam merawat anak dan berbakti pada suaminya. Kendati kerap ia mengeluarkan kata-kata yang mewakili penyesalannya, tetapi aku tahu bahwa itu semua tak lebih dari kata nuraninya yang ingin menjadi lebih baik. Ia menyesal pada khilaf yag pernah ia lakukan. Hingga tak sempat menuntaskan pendidikan menengah atas-nya karena hamil, kemudian memiliki anak dengan kondisi keuangan yang pas-pasan hingga hari ini. Tetapi, ia pun tak kalah tegar sebab masih bisa tersenyum dan tertawa setiap kali hadir di hadapan orang lain. Ia tak menangis setiap menceritakan kesedihannya, meski kerap aku menangkap ada sorot mata yang berkaca-kaca sewaktu sesak itu barangkali telah memenuhi rongga jiwanya, sewaktu ia menceritakan kesulitan suaminya yang susah mencari pekerjaan. Terkadang pekerjaan apa saja selagi halal akan suaminya ambil kendati hasilnya lagi-lagi tak seberapa.
Sebelumnya beberapa hari yang lalu aku tengah mengacak pakaianku di lemari. Aku berpikir pakaian apa yang sudah tak lagi ingin kukenakan tetapi masih layak untuk kuberikan pada orang lain. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah rok, beberapa gamis dan kerudung segi empat yang ingin kusedekahkan. Sungguh tak ada niat lain, melainkan agar kisah ini juga dapat dijadikan pembejalaran dan hikmah bagi orang lain.
Aku diam, terenyuh, ingin menangis, sewaktu melihat ekspresi senang dari temanku itu saat aku memberikan beberapa helai pakaianku padanya. Aku bilang aku sudah tak mengenakannya lagi kendati masih sangat layak karena baru berapa kali kukenakan semenjak dibeli. Ia pun langsung mencobanya di hadapanku dengan tersenyum lebar.
"Aku memang tak berniat beli apa-apa untuk lebaran nanti. Kamu tahu sendiri, Put. Suamiku kadang kerja dan kadang tidak, itu pun dengan gaji yang seadanya." Aku hanya diam, berusaha tersenyum mendengar ceritanya.
"Makasih banyak ya, Put. Bajunya masih bagus sekali, jadi bisa aku pakai buat lebaran." Plak! Tamparan telak kembali menohok hatiku.
Rasanya ingin menangis, sungguh! Aku yang setiap bulan mendapat uang belanja tetap dari suami, bisa beli pakaian dan apa saja sesukaku, suami juga punya pekerjaan tetap, bisa buka usaha fotokopi dan toko online kecil-kecilan, bisa tetap menulis dan punya penghasilan sendiri kendati tak seberapa, tetapi mengapa aku masih kalah dan suka mengeluh? Duhai Rabbi, temanku itu jauh lebih sulit ketimbang hidupku. Hidupnya jauh lebih sempit ketimbang hidupku. Aku sangat malu sebab aku yang lebih lapang, justru harus banyak belajar dari kehidupan temanku itu.
Rabbi, berikan kesabaran lebih pada ia dan keluarganya. Murahkan rezekinya, tentramkan hatinya, angkat derajat kehidupannya, mudahkan langkah dan harapannya dalam meraih cita-cita. Lapangkan dan tegarkan hati suaminya untuk bisa menjadi pengayom, kepala rumah tangga yang shalih juga qanaah bagi anak-istrinya. Rabbi, sungguh aku malu pada diriku sendiri. Aku yang punya banyak pakaian yang masih sangat layak pakai tetapi kerap mengeluh kekurangan, tak punya ini, tak punya itu, ingin ini dan ingin itu. Tetapi temanku itu sama sekali tak pernah menampakkan keluhnya kendati jelas ia ingin seperti orang lain. Memperoleh uang belanja tetap tiap bulan, punya baju yang bagus, bisa membuka usaha, dan masih banyak lagi keinginan yang hanya ia yang tahu. Aku sungguh sangat ingin membantu, dan semoga pemberian itu dapat membesarkan hatinya. Rabbi, kabulkan setiap harap dan pinta keluarga kecil tersebut yang lewat mereka Engkau berikan sebuah hikmah pembelajaran bagiku.
Mbak, jangan pernah mengalah dan kejarlah kebaikan yang engkau cita-citakan. Ingat selalu apa yang pernah kuucapkan dulu bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap kita memiliki kesalahan juga khilaf di masa lalu. Tugas kita adalah berbenah, bertaubat, memperbaiki diri untuk menjadi hamba yang kembali suci sesuai fitrahnya dengan bertaubat. Allah sungguh Maha Pengampun dan Maha Mendengar, Allah takkan mengabaikanmu, mengabaikan doa dan taubat mereka yang bersungguh-sungguh. Tahukah kau, Mbak? Allah telah memberi ganjaran bagi orang yang bertaubat dengan sebenar-benar taubat, Allah akan mensucikan mereka seumpama bayi yang baru lahir dan bersih dari dosa. Maka tak perlu ragu sebab kesalahanmu di masa lalu. Lupakan yang buruk, dan petiklah hikmah baiknya. Allah memang menciptakan sebagian akhlak dan aqidah manusia disertai dengan nafsu di dalamnya. Adakalanya pula manusia tak dapat mengontrol nafsunya hingga kesalahan dan dosa berujung penyesalan. Tetapi Allah juga selalu membuka pintu taubat dan kesempatan bagi mereka yang ingin memperbaiki diri. Bukankah Mbak sudah membaca buku yang kupinjamkan padamu. Kaifa atubu? Bagaimana aku bertaubat? Kau sudah tahu itu kan, Mbak? Kau tak sendiri. Sungguh kau tak sendiri. Di setiap sudut bumi ada hamba yang berusaha senantiasa mendekatkan diri kepada Rabb-nya setelah puas bergelimang dosa.
Jika kau ingin mengenakan hijab dengan sempurna seperti curhatmu, maka segerakan. Agar tak ada keburukan yang mendahului niat baikmu. Segerakan, Mbak. Aku mendukungmu, mendoakanmu bukan hanya sebagai teman, melainkan sebagai saudara sesama muslim. Aku akan berdiri di belakangmu sebagai pendorong dan pengukuh langkahmu, berdiri di sampingmu sebagai teman yang kan mengiringi kesungguhan hijrahmu, berdiri di hadapanmu untuk selalu merengkuhmu meski jatuh bertubi-tubi. Yakinlah, kau tak sendiri! Aku, kau, mereka, siapapun itu di belahan bumi yang lain juga tengah berjuang. Jangan bersedih, sebab Allah tak pernah menimpakan ujian di luar dari batas kesanggupan hamba itu sendiri. Jangan menyesal mengapa anakmu lahir tak sempurna, karena barangkali itu adalah cara-Nya menerima taubatmu, mengikis dosa-dosamu, dan kelak akan mengangkat derajatmu dan suamimu. Tak di dunia, insha Allah di akhirat-Nya. Tulisan ini kutujukan untukmu, Mbak. Untuk siapapun yang semoga bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga Allah melapangkan rezeki dan kehidupanmu. Aamiin Allahumma Aamiin.:')
2 Komentar
Aamiin yaa mujiib
BalasHapusMae, makasih ya :)
HapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)