Berbagilah Maka Kau Akan Merasa Lapang dan Bahagia
"Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi manusia lainya." -HR Al-Thabarani
Alhamdulillah beberapa tugasku sudah selesai untuk hari ini. Sebelum menutup agenda seharian dengan istirahat di pulau kapuk, sengaja menyempatkan diri untuk nulis postingan dulu. Biar bisa nyenyak tidur. #ApaHubungannyaYa? Ckckck. Beruntung karena malam ini jaringan sedang berpihak dan lagi adem-ademnya. Dari tadi lancar tanpa kendala. Download naskah peserta lomba nulis #MISL sudah. Update peserta terbaru MISL juga sudah. Bersihin notif di twitter juga sudah. Baca buku, alhamdulillah tadi siang dapat beberapa halaman novel 5 CM. Keburu ngantuk malah molor duluan. Maklum, seharian nggak ke mana-mana. Fotokopian tutup, agenda di luar rumah juga tidak ada, jadi memanfaatkan waktu yang ada untuk tidur siang setelah beberapa abad nggak nikmatin kesempatan seperti ini. Alhamdulillah yaaa.. *Ala Syahrono. Heuheu. #LebaynyaDatang ^^'
***
Beberapa hari ini aku sering ingat sama Ibu dan Bapak di kampung halaman. Ingat pada kebaikan-kebaikan kecil yang diajarkan Ibu. Kebaikan kecil yang menjadi kebiasaan dan tak mau lepas dariku hingga saat ini. Ibu mengajariku untuk jadi orang yang dermawan setelah ia lebih dulu mencotohkan di hadapanku. Bagaimana berbagi, kebahagiaan untuk orang yang dibagi, kepuasan setelah berbagi, dan kelapangan yang kita dapatkan dari berbagi. Ibu mengajari itu semua sejak aku masih kecil. Aku kerap melihat Ibu begitu murah hati berbagi pada orang-orang yang hidupnya lebih sulit dibanding kami. Bahkan Ibu tak segan-segan memberi barang atau pun pakaian yang ada di rumah untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Pakaian yang tidak lagi kami kenakan tetapi masih sangat layak untuk dikenakan oleh orang lain yang lebih membutuhkan dari pada kami.
Ibu pernah bilang, "Daripada bajunya hanya disimpan di lemari dan memenuhi lemari pakaian, yang kira-kira tidak ingin dikenakan lagi lebih baik diberikan saja pada orang lain. Masih banyak orang yang lebih membutuhkan pakaian yang kita hambur-hamburkan."
Begitu pesan Ibu, Ibu sangat rajin menyisihkan barang-barang atau pun pakaian yang tidak lagi digunakan untuk suatu waktu ia berikan pada orang lain. Terkadang ia juga mengajakku untuk memilih pakaianku sendiri yang benar-benar sudah tak ingin aku kenakan lagi. Biasanya karena tidak muat atau karena kependekan. Maklum saja, aku anak perempuan satu-satunya dan ketiga adikku semuanya laki-laki. Jadi barang-barang milikku tak punya ahli waris.
Lalu barang atau pakaian-pakaian tadi akan Ibu berikan untuk teman-temannya yang kurang mampu atau yang tinggal di darat *perkebunan kelapa. Masa-masa yang sangat aku rindukan. Aku yang waktu itu masih kurang paham hanya ikut-ikutan Ibu saja. Tetapi aku sangat senang. Terutama saat melihat wajah-wajah mereka yang mendapat pemberian dari Ibu begitu bahagia dan berterima kasih. Mereka seolah mendapat rezeki besar untuk dirinya dan anak-anaknya yang mungkin hanya dapat membeli pakaian setahun sekali saat lebaran. Itu pun jika beli. Kadang seperti cerita Tante Ros, teman Ibuku yang berprofesi sebagai tukang bakul sayur keliling, adakalanya pakaian lebaran itu dikenakan selama tiga tahun berturut-turut setiap kali lebaran datang hingga tak lagi tampak seperti baju baru. Sebab mereka kenakan juga di waktu-waktu yang lain.
Aku banyak belajar dari Ibu. Tentang disiplin dan pintar dalam pekerjaan rumah yang memang modal utama bagi seorang wanita. Tentang kegigihan dalam berusaha. Tentang keyakinan dan niat yang baik untuk hasil yang baik pula. Dan masih banyak lagi. Aku kerap merindukan sosok Ibuku yang dulu, meski saat ini ia berbeda. Tetapi aku yakin, hatinya tetap menyimpan banyak kebaikan seperti dulu. Kebaikan yang pernah ia ajarkan untukku. Wajar saja jika saat ini aku melakukan kebiasaan yang sama dengan apa yang kerap Ibu lakukan dulu. Kali ini suamiku yang bingung dengan hobbyku yang satu ini. Aku tak banyak berucap setiap kali ia bertanya, aku hanya bilang 'semoga bernilai sedekah untuk kita'. Biasanya setelah berucap demikian, suami akan mengangguk tanda setuju. Kelak, akan kuterapkan juga pada anak-anakku. Akan kuceritakan bahwa nenek merekalah yang mengajarkan demikian.
Terima kasih, Bu. Meski dulu aku menganggap didikanmu cukup keras, tetapi aku tahu bahwa semua ada hikmahnya. Kau hanya ingin anak-anakmu mendapatkan yang terbaik. Tahu apa yang orang lain tidak tahu. I Love U, Mom. :)
0 Komentar
Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)