Teruntuk Pelangi yang Pernah Ada dan yang Tetap Membias Indah di Hidupku
Pagi ini dedaunan tampak kuyup dilibas hujan. Sembari menghitung berapa kali hembus angin menyapa wajahku, aku menghitung pula jejak langkah yang telah kutoreh sejak kaki ini mampu melangkah sendiri tanpa perlu aba-aba dan bantuan dari Ibunda atau mereka. Betapa jauh jejak perjalanan yang telah menorehkan banyak kenangan tak terlupa. Dimulai dari jejak langkah yang membekas pada pulau terpencil yang ada di Tanjung Batu, Riau. Kemudian menentang kerasnya kerikil hidup di kota Batam yang keras untuk seorang lemah sepertiku. Lalu, pelangi tentang makna perjuangan yang sesungguhnya menghempaskan langkahku pada pulau Azzam yang tak lain ialah Tanjung Balai Karimun. Pulau Azzam, bukankah azzam berarti niat? Entah mengapa tempat yang satu ini diberi nama demikian. Tapi barangkali itu, mengapa langkahku pernah terjejak di sana. Dan memang, niat hingga jatuh bangun demi sebuah impian kulalui di sana. Ada banyak warna pelangi, warna yang tak mungkin bisa hilang. Warna yang kan tetap membias indah sekalipun kelabu dari langit mendung menghalau hadirnya.
Ah, rindu pada mereka yang pernah mengisi sebagian dari warna pelangiku saat masa-masa penuh airmata, tawa, suka dan duka menghiasi langkahku. Rindu pada satu keluarga yang bagaimanapun sikap mereka yang pernah melukai hatiku, mereka tetap tersulam pada lembar aksara yang mengawali tekadku. Rindu pada Kak Anis juga teman-teman seperjuangan yang bertahan di kota Batam sebagai perantau. Teman-teman dari anak-anak suku Flores yang tak sengaja kukenal, yang kemudian memberiku banyak pelajaran tentang makna bersyukur. Sebab, kehidupanku masih jauh beruntung ketimbang mereka yang hidup di perantauan bagai orang terbuang dan tinggal di pemukiman kumuh. Lalu Kak Nia beserta suaminya yang terus menyemangatiku untuk hijrah dan istiqomah sebagai muslimahNya. Kak Nia yang menorehkan secarik kertas dengan tulisan tangannya yang penuh dengan kata-kata bijak di balik kado ulang tahun yang ia berikan untukku dua tahun silam. Kado yang bermakna untukku, agar aku semakin istiqomah mempertahankan hijrahku. Kak Nia yang hingga hari ini masih tetap mempertahankan ukhuwah Islamiyah kami walau kini langkahku telah lebih jauh. Walau kini jarak memisahkan kami.
Kak Nia yang terus mendorongku untuk kuat sekalipun rapuh menggugur dedaunan semangatku. Teman-teman mentoring di Universitas Karimun, terima kasih telah hadir mewarnai hidupku saat kita sama-sama berjuang, sama-sama belajar, saling berbagi manfaat dan memaknai hadir satu sama lain sebagai alasan bahwa persaudaraan setiap muslim tak pernah memandang sebuah perbedaan. Bagi kita, kita semua sama sebagai makhluknya yang tengah berjuang untuk dapat senantiasa lebih baik. Para Bidadari Ranselku, kutitip doa dan salam rinduku pada kalian. Semoga Allah kelak mempertemukan kita kembali. Aamiin.
Tak lupa pada Kak Nita dan Mas Indra pasangan suami istri yang hingga detik ini tak pernah lelah berharap Allah hadirkan para malaikat kecil di antara keluarga kecil mereka. Kak Nita yang dengan tulus merawatku saat aku tengah sakit Thypus dan jauh dari keluarga. Bagiku Kak Nita bukan hanya seorang teman, melainkan lebih dari hubungan saudara meski darah kami tak terpaut sama. Meski kami berasal dari daerah dan budaya yang berbeda. Rindu padamu Kakakku yang cerewet, yang setiap hari menceramahiku agar aku tak pernah terjerembab di pergaulan yang salah. Alhamdulillah, berkat doamu aku bisa seperti ini.
Untuk keluarga pamanku, Puang Andi Suwaidi dan Puang Sabariah. Terima kasih telah mendidikku dengan pemahaman ilmu yang begitu sangat berarti untukku. Dalam waktu singkat begitu banyak arti yang kalian sematkan di hidupku. Begitu banyak ilmu yang kudapati dari kalian. Tentang memaknai hijrahku, memaknai hadirku di dunia ini, dan bagaimana bersikap dan menyikapi banyak hal dengan lebih bijak. Aku rindu kaliaaannnnnn. Pun adik-adikku, si Teteh dan Gina. :')
Dan.... teruntuk semua warna pelangi yang pagi ini menghadirkan kembali sketsa kenangan di memori pikiranku. Terima kasih untuk kehadiran dan kesetiaan teman yang pernah ada di antara kita. Dalam jarak jauh, kita masih tetap mendoakan satu sama lain. Karena doa, hati kita tetap dekat. Memeluk lewat doa, dan berharap dalam doa. Semoga kita dipertemukan di JannahNya. Aamiin Allahumma Aamiin. :)
3 Komentar
Aamiin yaa robbal 'alamiin
BalasHapusSyukran :)
HapusSyukran :)
BalasHapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)