Pada Akhirnya Kitalah Pelangi yang Mewarnai
Selamat pagi... Semoga hari ini berjalan lancar dan aku tak lagi bertemu dengan hal yang tak mengenakan hati. Sudah beberapa hari ini aku kerap melihatnya meski hanya sekilas. Dalam hati aku bertanya sendiri. Hemm, terkadang mengabaikan bukan berarti benci, tetapi hanya untuk melupakan atau menghindar dari sesuatu hal yang tak baik. Really? Entahlah.
Dear... Beberapa hari ini aku dibuat sibuk untuk mengungsikan kertas-kertas/berkas yang tak penting lagi untuk kusimpan. Dimulai dari beberapa catatan di buku harian yang sengaja kusobek kemudian kubakar. Begitupun dengan buku kumpulan puisiku. Mungkin sekitar 80 judul puisi yang kutulis dari zaman kanak-kanak juga turut serta menghangus di api. Mengapa dibakar? Habis, bahasanya alay jijay gitu. Daripada ada yang baca mending kumuseumku lewat abu. Kurang kerjaan memang! Hihihi. Tapi aku yakin kok, meski nggak dibakar dan aku berniat untuk bukuin puisi-puisi ini, dijamin! barangkali nggak ada penerbit yang mau nerima. Maybe karena puisi-puisinya jelek. Puisi-puisi itu aku tulis dari zaman SD sampai sekarang, dan yang tetap kusimpan hanya puisi yang menurutku bagus dan layak jika pun ada yang mau membacanya. :)
Nggak sayang? Karya sendiri kok dibakar? Hemm, menurutku sih enggak. Mungkin karena aku merasa yakin bisa membuat karya yang lebih baik dari ini. Aamiin, inshaAllah. Tapi beneran, asli! puisi-puisinya nggak bagus-bagus banget karena waktu itu ditulis oleh penulis amatiran. Emang sekarang sudah nggak amatiran lagi? Hemm, mungkin masih, tapi aku akan terus berusaha untuk jadi penulis yang punya potensi tinggi dalam berkarya dan menghasilkan karya terbaik. Aamiin, inshaAllah. :)
Pun tumpukan buku diaryku yang kubaca ulang dari beberapa tahun lalu, yang menurutku tak terlalu penting atau sangat rahasia dan bersifat pribadi, maka langsung saja kugunting kemudian kusisihkan untuk selanjutnya dibakar agar tak menyisakan jejak kecuali abu. Siapa juga yang mau baca kalau sudah jadi abu? Hihihi. Mungkin sudah waktunya aku menyisihkan hal-hal yang sudah tak penting lagi untuk kusimpan. Melankolis banget ya? Masa masih nulis diary? Eitss, nggak masalah kan? Banyak kok, malah ada yang sampai Embah-Embah masih doyan nulis diary.
Menurutku menulis diary itu menguntungkan. Aku bisa curhat apa saja dengan bahasa yang seperti apapun tanpa menyinggung atau juga diketahui oleh orang lain jika itu bersifat rahasia. Kan nulisnya juga sambil diam-diam nggak berisik. Mungkin aku memang ketergantungan, kalau tak menulis di buku diary selama beberapa hari, rasanya seperti ada yang hilang. Diary adalah sahabat terdekat yang setia, ikhlas menampung seluruh keluh kesahku tanpa banyak ba-bu-bi-bo untuk menentang curhatku. :D
Ke mana ada aku, di situ ada buku catatan kecil plus buku bacaan juga. Aku merasa nyaman dengan dunia ini. Aneh ya? Nggak
juga kok, karena bagaimanapun aku masih menganut sosialisme di dalam
hidupku. Karena kita memang diciptakan untuk hidup bersosial bukan
individu. Lagi pula, aku masih menyempatkan waktu untuk sering aktif di
beberapa kegiatan atau organisasi di masyarakat untuk menambah lingkup
pertemanan, pengalaman dan ilmu juga pastinya. :)
Aku juga sangat suka membaca. Dulu, pihak sekolah sampai mempercayakan kunci perpustakaan kepadaku. Pegawai perpustakaan daerah juga nggak ragu buat ninggalin aku sendirian di perpustakaan mereka, saat mereka izin pulang sebentar dan aku diamanahkan untuk menjaga perpustakaan selama mereka pergi. Kok bisa? Lah iya, mungkin karena mereka sudah terlalu hapal dengan wajahku. Atau karena mereka percaya bahwa aku takkan membawa kabur sebagian dari isi perputakaan. Hihihi. Wahh, jadi kangen suasanana dan buku-buku yang ada di perpustakaan tanah kelahiranku. Dan yang paling membanggakan, aku mulai mewujudkan impianku untuk punya perpustakaan dengan membuat perpustakaan kecil di rumah. Ya, memang nggak seberapa sih. Buku yang kupunya juga baru ada 150-an judul buku. Masih sangat sedikit.. Tapi, barangkali ke depannya aku bisa nambah jumlah buku-buku yang ada dengan buku-buku karyaku yang terbit lebih banyak lagi ke depannya. Aamiin.. :)
Kemungkinan hari ini masih dengan rutinitas yang sama, mengungsikan jejak-jejak hati yang sempat tertoreh. *Khusus yang nggak penting banget buat disimpan. Yang lainnya inshaAllah masih utuh, karena aku sendiri berniat untuk membukukan diaryku. Kenapa? Setelah kubaca ulang, kadang nggak percaya kalau aku sendiri yang nulis tumpukan buku diary ini beberapa tahun silam hingga saat ini dan inshaAllah seterusnya selama hela nafas masih berhembus *sokk puitiss! O ya bagiku isi diary ini memang menarik! inspiratif! sangat jujur dan polos! Tentunya positif bagi pembaca nantinya. Suamiku sendiri memintaku untuk membukukan sebagian dari isi buku diaryku setelah membacanya. Hihihi. :)
Mau tahu? Yang bener? Kita tunggu di 2014 ini ya. Sahabat, doakan saya agar semua cita-cita yang telah terpampang di list target dan planning dapat tercapai dengan baik. Aamiin. Begitupun dengan impian sahabat, semoga setiap kita yang memiliki impian dapat mencapai apa yang kita impikan untuk hidup lebih baik. Dan... Pada akhirnya kitalah pelangi yang mewarnai dunia ini. Lewat mimpi, cita-cita, harapan... kita terus berlari, tak pernah berhenti, demi satu tujuan pasti, yang senantiasa terpatri di hati. Selamat Pagi!!!! Mulai hari dengan 'Bismillahh...' :)
2 Komentar
Ih, kok dibakar Mbak, kan sayang? *nangis
BalasHapusHahaha. Ada kalanya kalau sesuatu itu sudah nggak berguna buat kita memang harus dibuang, ya seperti kotoran dalam tubuh kita. Mungkin, seperti itu analoginya. Sukses ya Mbak :)
Mbak Ika@ Hihihi, cup.. cup.. cup.. mungkin sudah jadi garis takdir mereka :D
BalasHapusYupps, kurang lebih begitu. Aamiin, sama-sama ya :)
Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)