Berhenti untuk Galau...
Dingin. Rasa-rasanya malam ini bukan hanya suhu udara di sekitar yang naik dari biasanya, melainkan juga apa yang ada di hati juga pikiranku. Dingin. Membekukan kepala dengan semua yang mengganjal di dalamnya. Ah, andai saja ada yang mau mendengar ceritaku. Aku sedang butuh pendengar, yang mengerti dan mau memberi saran terbaiknya untukku. Membantuku untuk mengumpulkan puing demi puing semangat yang saat ini terasa retak, untuk kemudian kuutuhkan kembali. Membantuku untuk kembali menyusuri jalan yang telah kupilih selama ini. Ggggrrrr.. Benakku dihujami banyak pertanyaan dan kenyataan yang memusingkan. Ada apa dengan dia? Aku merasa dingin, dia, dan semua yang berdampingan denganku. Allah, Ia tahu apa yang tersembunyi di hatiku saat ini. Hal yang tak seharusnya ada, yang kubiarkan mulai tumbuh seiring detik yang berlalu dalam waktu beberapa hari ini. Tidak. Aku sudah memperhatikan gelagat rasa ini sejak awal. Tak terlalu lama, namun juga tak cukup sebentar. Ah, kepalaku sakit. Cenat-cenut. Aku seperti ingin menangis bersama apa yang sedang ingin kutuang. Namun lagi, ada hal lain yang menentang jemariku untuk jujur. Bahkan mulut dan hatiku pun tak ingin jujur. Ini tak boleh terjadi, tapi ini yang terjadi. Bingung? Ya, aku sendiri tengah gandrung. Bingung melanda di puncak kegalauanku malam ini. Dasar Emak Galau!
Ahhhhh. Hentikan semua ini. Tapi nyatanya aku tak juga berhenti? Lalu? Nah, lihat. Aku menulis sendiri, berdialog sendiri, lalu mencoba untuk menjawab sendiri. Ya, ya. Inilah yang biasa dilakukan oleh seorang penulis. Mungkin. Kami.. Kita. Memang terlalu sering membuat cerita dengan alur dan klimaks yang sedemikian hebatnya atau justru sebaliknya. Hemm, sebenarnya insiden apa yang saat ini sedang melanda pikiranku? Aku seperti orang bodoh. Dan lagi, aku seperti ingin berlari. Meminta pertolongan Bapak, Ibu, atau mereka yang mau peduli. Bersembunyi di bawah ketiak mereka, hingga apa yang kutakuti hilang dan enyah dengan sendirinya. Apa yang kau takutkan, Putri? Entahlah. Aku tiba-tiba rindu menangis sambil terisak di pangkuan Ibu, atau dalam gendongan Bapak saat aku masih balita. Aku rindu menjadi anak kecil yang dimanja, dan dilindungi. Terpenuhi tanpa harus dituntut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Bodohnya... Itu sangat mustahil. Bahkan aku bukan balita lagi. Aku wanita 21 tahun, seorang istri bahkan seorang ibu dari anak-anakku nantinya. Aku harus tegar! Kuat! Apapun yang tengah melanda hati dan pikiranku saat ini, tak boleh membuatku terpuruk seperti anak kecil. Aku bahkan sudah sangat sering menghadapi masalah yang sangat genting sekalipun sejak aku bisa berjalan di atas kakiku sendiri. Jangan takut, Putri. You can do it! Ini hanya kegalauan semata, yang akan hilang saat mentari esok kembali di singgasananya.
Mataku memerah. Antara menahan sakit yang menghujam kepalaku, memberontak dari rasa ngantuk, dan melawan bendungan yang mungkin saja bisa retak secepatnya dari sudut kedua mataku. All is well, kalimat yang kerap diucapkan Rancho di film 3 Idiot bahkan tak berfungsi untukku saat ini. Jelas saja, karena itu hanya bagian dari skenario film ini untuk mengukuhkan sosok dan karakter Rancho yang sedemikian cerdasnya. Aku rindu sosokku yang dulu. Aku yang penuh semangat untuk terus berbuat baik, belajar dan terus belajar, tak lelah dan menyerah meski bertubi-tubi masalah menghadang langkahku. Di mana semangatku dulu? Aku mungkin mengerjakan apa yang sudah seharusnya kukerjakan saat ini, aku juga sudah mencapai apa yang kuinginkan selama ini, tapi tetap saja, aku kehilangan separuh dari diriku yang dulu. Mungkin saja karena waktu membuat usiaku kian bertambah tua.
Aku jadi rindu nasihat bertenaga dari sang Paman. "Putri, satu langkah lagi. Tetap semangat! Jangan mudah menyerah dan jangan merasa cepat puas. Ayo, buktikan bahwa kau bisa membuat semuanya menjadi lebih baik. Buktikan bahwa impianmu itu bisa nyata". Paman, sudah kuraih impian-impian yang sejak dulu kuceritakan padamu. Tentang banyak hal. Hanya saja, memang belum sepenuhnya. Ibarat tangga yang mempunyai anak tangga seratus, aku baru tiba di anak tangga yang kedelapan puluh. 20% dari mimpi besarku belum bisa kuraih hingga saat ini. Ada banyak kendala, kendati datang dari diriku sendiri dan beberapa hal lain. Aku masih membaca ulang buku-buku diaryku, dulu.. kerap kucatat ulang nasihat-nasihat bertenaga darimu sebagai cadangan saat aku merasa rapuh dan kehilangan semangat sementara sosokmu tak lagi ada. Pesan dari para sahabat yang mengandung kebaikan juga kutulis rapi dalam buku harian. Agar setiap saat, kalimat ini senantiasa dapat mencharge ulang semangatku. Tapi, lagi-lagi aku butuh ekstra sabar dan berusaha untuk senantiasa memupuk semangat agar tetap berpendar di jiwaku. Tak boleh ada kata menyerah. Tak boleh ada kata putusasa. Tak boleh ada kata galau. Seperti kata temanku yang kemarin nyeletuk dengan mengeluarkan Undang-Undang Darurat, "bahwasanya di tahun 2014 ini, virus galau tak lagi boleh dibiarkan merambah."
Haha. Kupikir Undang-Undang Darurat khusus Akhwati yang dilarang galau. Galau memang tak ada gunanya. Ya sudah. *Ikat kepala, kepalkan tangan, teriak fight!!!!!!!!! Ucapinnya dalam hati saja, takut penghuni rumah yang lain pada bangun. Lagian ini sudah lewat dari jam Sebelas malam. Bismillah, ada Allah di hati, semua masalah pasti teratasi. Seperti lagunya Opick, obat hati ada lima perkaranya. Mungkin agar virus galau tak lagi sering-sering berkunjung, semua lima resep ini harus konsisten dan kontinu diterapkan. Semoga bisa.. Say no to, Galau!!! InshaAllah, bisa!! Selamat malam :)
3 Komentar
Galau heee
BalasHapushalo K'Yusnia.. hahaha... galau ni yeee...
BalasHapussamaaa...
ngebaca yang tadi malah jadi tambah ngerasa galau...
tapi emang bener tuh yang judulnya ga boleh galau. makin galau makin risau...
Mbak Alis@ Banget. Galau tingkat akut ni waktu nulis postingan ini. Hihihi :D
BalasHapusMbak Dai@ Hihihi, bener banget. Udah, si biang galau kita lempar aja ke laut :D
Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)