Menulis Adalah Hidupku (Part 1)
Mungkin bukan hanya untaian kata yang ingin aku tulis saat ini. Melainkan ada banyak makna yang tidak terurai dalam untaian aksara yang selama ini terkungkung rapi, pada imajinasi atau pada urutan pikiran yang meminta untuk segera diluberkan dalam untaian kisah maupun cerita. Sempat berfikir untuk lepas dari dunia menulis yang terkadang mengantarku pada imajinasi-imajinasi aneh maupun yang berarti sekalipun. Namun, ternyata yang kudapati pada hari-hari yang kulepaskan dari kegiatan menulis seperti sebelumnya. Hanya hening dan kehampaan. Seperti manusia yang hidup tanpa nyawa. Seperti itulah aku beberapa hari ini. Bahkan hingga aku memutuskan untuk menuliskan semua uneg-uneg hati pada untaian kata yang tertoreh begitu saja lewat jemari kurusku, yang semakin aku mencoba untuk menuliskan semua kisah ini, semakin dahaga pula yang kudapati.
Terasa semakin kuat pengaruh dunia aksara ini menyeretku dan mengunci jiwaku hanya untuk mencintainya saja. Aku bahkan merasa nyaman saat aku bisa menulis berbundel-bundel kalimat atau sampai beberapa halaman pada Microsoft Words yang terpampang tepat di hadapanku lewat layar monitor laptop kesayanganku. Menari indah bersama jari-jari yang setia menekan toots-toots pada keypad laptopku, hingga aku bisa melihat jelas rangkaian huruf itu menjelma indah bagai seorang putri yang terisyaratkan lewat kata atau pun huruf yang kurangkai. Dan terkadang, lewat catatan torehan tinta pena yang mengulas habis isi hatiku pada catatan buku diary, yang menjadi pelampiasan lain saat aku membutuhkan hal yang bisa melepaskan seluruh beban yang ada di dalam hatiku.
Mungkin memang satu hal yang harus kuakui tentang diriku sendiri. Tentang hal aneh yang membuatku kerap merasa damai bersamanya, meski mungkin orang lain merasa tidak nyaman dengan sikap maupun kebiasaanku tersebut (baca saja Autis). Tapi ini satu hal yang bahkan sepertinya tidak bisa dipisahkan dari diriku. Iya, di mana pada saat aku lebih memilih bercinta atau bercengkrama dengan huruf demi huruf yang kurangkai sesempurna mungkin. Hingga aku bisa membentuk sebuah tulisan yang dapat terbaca sedemikian rupa. Aku merasa nyaman dengan ini semua, berdialog dengan kata lewat tulisan yang kutoreh. Tidak peduli berapa lama waktu yang telah aku habiskan untuk tetap bisa bersamanya.
Aneh. Satu kata ini yang kerap terujar dengan ringan dari mulut beberapa orang yang kukenal baik maupun yang baru mengenalku. Dan satu penilaian mereka tentang sosokku. Bahwa aku adalah sosok seorang yang pendiam dan tidak banyak bicara, sekalipun untuk bergaul akrab dengan orang-orang sekitarku. Bukan tidak bisa bergaul atau enggan untuk bergaul. Aku akan menangkis pendapat ini, yang mengatakan aku sebagai sosok yang pasif. Karena aku sendiri tidak pernah menolak mereka, orang-orang mau pun keluarga yang ingin bersamaku, sekedar menghabiskan waktu untuk mendengarkan curhat atau cerita mereka, atau mungkin hanya sekedar berbasa-basi padaku. Aku selalu menyambut mereka, sebaik dan setulus mungkin.
Terasa semakin kuat pengaruh dunia aksara ini menyeretku dan mengunci jiwaku hanya untuk mencintainya saja. Aku bahkan merasa nyaman saat aku bisa menulis berbundel-bundel kalimat atau sampai beberapa halaman pada Microsoft Words yang terpampang tepat di hadapanku lewat layar monitor laptop kesayanganku. Menari indah bersama jari-jari yang setia menekan toots-toots pada keypad laptopku, hingga aku bisa melihat jelas rangkaian huruf itu menjelma indah bagai seorang putri yang terisyaratkan lewat kata atau pun huruf yang kurangkai. Dan terkadang, lewat catatan torehan tinta pena yang mengulas habis isi hatiku pada catatan buku diary, yang menjadi pelampiasan lain saat aku membutuhkan hal yang bisa melepaskan seluruh beban yang ada di dalam hatiku.
Mungkin memang satu hal yang harus kuakui tentang diriku sendiri. Tentang hal aneh yang membuatku kerap merasa damai bersamanya, meski mungkin orang lain merasa tidak nyaman dengan sikap maupun kebiasaanku tersebut (baca saja Autis). Tapi ini satu hal yang bahkan sepertinya tidak bisa dipisahkan dari diriku. Iya, di mana pada saat aku lebih memilih bercinta atau bercengkrama dengan huruf demi huruf yang kurangkai sesempurna mungkin. Hingga aku bisa membentuk sebuah tulisan yang dapat terbaca sedemikian rupa. Aku merasa nyaman dengan ini semua, berdialog dengan kata lewat tulisan yang kutoreh. Tidak peduli berapa lama waktu yang telah aku habiskan untuk tetap bisa bersamanya.
Aneh. Satu kata ini yang kerap terujar dengan ringan dari mulut beberapa orang yang kukenal baik maupun yang baru mengenalku. Dan satu penilaian mereka tentang sosokku. Bahwa aku adalah sosok seorang yang pendiam dan tidak banyak bicara, sekalipun untuk bergaul akrab dengan orang-orang sekitarku. Bukan tidak bisa bergaul atau enggan untuk bergaul. Aku akan menangkis pendapat ini, yang mengatakan aku sebagai sosok yang pasif. Karena aku sendiri tidak pernah menolak mereka, orang-orang mau pun keluarga yang ingin bersamaku, sekedar menghabiskan waktu untuk mendengarkan curhat atau cerita mereka, atau mungkin hanya sekedar berbasa-basi padaku. Aku selalu menyambut mereka, sebaik dan setulus mungkin.
0 Komentar
Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)